Songkok Pamiring Penanda Sebagai Orang Bugis Di Tanah Rantau,Kalbar Adalah Daerah Sangat Aman Dan Toleransi

Oplus_16908288

Songkok Pamiring Penanda Sebagai Orang Bugis Di Tanah Rantau,Kalbar Adalah Daerah Sangat Aman Dan Toleransi.

 

Opini Publik

 

Perantau Bugis

 

Songkok Pamiring, atau lebih dikenal sebagai Songkok Recca’, merupakan simbol kuat identitas dan kehormatan bagi orang Bugis, terutama saat mereka berada di tanah rantau. Songkok ini menjadi penanda jati diri yang menunjukkan asal-usul, martabat, dan akar budaya mereka di tengah masyarakat baru.

 

Seorang jurnalis yang selalu memakai Songko Bugis,Songko Pamiring atau biasa juga di sebut Songko Racca,sering di pakainya salah seorang bertanya.,,?

Kepala Abang selalu memakai Songko Pamiring atau Racca,dengan entengnya menjawab,” ini adalah penanda bahwa kami adalah orang Bugis tegas bang Rustan.

 

Identitas budaya di luar tanah Sulawesi, Songkok Pamiring menjadi pengingat asal-usul dan cara untuk tetap terhubung dengan budaya Bugis. Memakainya adalah cara untuk menunjukkan dan melestarikan warisan budaya leluhur di tanah rantau ucap bang Rustan dengan entengnya.

 

Simbol martabat dan kehormatan Dahulu, songkok ini hanya digunakan oleh kaum bangsawan dan cendekiawan sebagai simbol status sosial dan kecerdasan. Meskipun kini dapat dipakai oleh siapa saja, makna kehormatan dan martabatnya tetap melekat, terutama bagi mereka yang menjunjung tinggi adat istiadat.

 

Semangat merantau Songkok ini mengingatkan pada sejarah panjang suku Bugis yang dikenal sebagai pelaut ulung dan perantau tangguh. Memakainya bisa membangkitkan semangat pantang menyerah dan tekad untuk meraih kesuksesan di perantauan, seperti nenek moyang mereka yang berlayar dengan kapal pinisi,itulah yang menjadi semangat kami di perantauan.

 

Pengikat komunitas di tanah rantau, songkok ini bisa menjadi alat identifikasi di antara sesama Bugis. Ketika melihat seseorang memakai Songkok Pamiring, akan terbangun rasa kekeluargaan dan solidaritas sebagai sesama perantau dari daerah yang sama, intinya adalah penanda kita adalah orang Bugis.

 

Penjaga tradisi” Meskipun terpisah dari tanah kelahiran, perantau Bugis tetap melestarikan budaya mereka, salah satunya melalui penggunaan Songkok Pamiring dalam berbagai acara adat atau hari raya.

 

Media edukasi,” Songkok ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya Bugis kepada generasi muda yang lahir di perantauan, memastikan warisan budaya ini tetap hidup.

 

Representasi diri. ” Menggunakan Songkok Pamiring di tanah perantauan adalah cara bagi orang Bugis untuk menunjukkan kebanggaan terhadap identitas dan budaya kami yang kaya.

 

Penghargaan terhadap sejarah. Songkok ini juga melambangkan penghargaan atas sejarah dan perjuangan leluhur suku Bugis, termasuk tradisi maritim dan jiwa perantau mereka.

 

Bukan hanya Songko Pamiring atau Racca yang jadi penanda di tanah rantau, masih banyak,seperti contoh nya kata~kata kita sudah saling mengetahui bahwa dia adalah orang Bugis,jika bertutur kata dengan menyebutkan kata ” IYE.” Itu sudah biasa kita tahu bahwa dia adalah orang berasal dari tanah Bugis.

 

Perantau di Kalbar adalah orang yang merantau dan tinggal di Kalimantan Barat untuk berbagai tujuan, seperti pendidikan atau pekerjaan. Mereka perlu beradaptasi dengan budaya lokal, terutama menghormati masyarakat suku Dayak. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi adalah homesick (rindu kampung halaman), rasa kesepian, hingga kesulitan secara fisik.

 

Kami yang telah lama merantau dan merasa aman di Kalimantan Barat (Kalbar) didukung oleh berbagai informasi dan data terkini yang menunjukkan situasi keamanan dan toleransi yang relatif baik di wilayah tersebut.

 

Kalbar memiliki masyarakat yang majemuk dengan berbagai etnis, seperti Melayu, Dayak, Tionghoa, Jawa, dan Madura. Meskipun pernah terjadi insiden intoleransi, respons dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga kerukunan ucap Rustan.

 

Sistem hukum adat Dayak yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat juga berperan dalam menyelesaikan sengketa dengan cara yang tidak berbelit-belit, berkontribusi pada stabilitas sosial.

Berbagai forum dan media, seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan media daring lokal, terus menyuarakan pentingnya moderasi dan toleransi beragama.

 

Kesimpulannya, pengalaman kami yang merasakan keamanan di Kalimantan Barat selama merantau sejalan dengan kondisi terkini yang menunjukkan adanya upaya pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga ketertiban, stabilitas, dan toleransi di tengah keberagaman etnis dan agama.

 

Polda Kalimantan Barat (Kalbar) tak henti-hentinya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dengan berbagai kegiatan, termasuk yang terbaru: memperkuat peran Satuan Keamanan Lingkungan (Satkamling).

 

Mendukung penguatan Satkamling: Polda Kalbar secara rutin melakukan kegiatan sambang ke pos-pos kamling. Hal ini bertujuan untuk memberikan pembinaan, arahan, dan memastikan Satkamling berfungsi optimal sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan lingkungan.

 

Menggelar patroli dialogis,” Direktorat Pembinaan Masyarakat (Ditbinmas) Polda Kalbar melakukan patroli dialogis secara intensif untuk mencegah tindak kriminalitas dan meningkatkan keamanan lingkungan.

 

Meningkatkan keamanan di wilayah perbatasan,” Polda Kalbar dan Polisi Diraja Malaysia (PDRM) meningkatkan sinergi untuk menjaga keamanan di sepanjang 966 kilometer garis perbatasan Kalbar-Sarawak, yang merupakan jalur vital namun juga rawan tindak kriminal lintas batas.

 

Kami sangat berharap agar polri tetap menjadi terdepan dan terpercaya terhadap publik dan masyarakat Kalbar.Media selalu menjadi mitra terbaik bagi polri khususnya Polda Kalimantan Barat tegas bang Rustan Koordinator Liputan Media Online Pena Mitra Bhayangkara.

 

The National Police is ready to protect and serve the community with precession

 

PMBcom.”

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *